
Cap sebagai produk Orde Baru membuat Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), partainya Siti Hardianti Rukmana alias Tutut, tidak laku pada Pemilu 2004. Bagaimana dengan Prabowo pada 2009?
Bekas menantu Soeharto, Prabowo yang beraksi di panggung politik lewat Partai Gerindra pun, amat berat untuk melepaskan stempel Orde Baru yang bercitra represif. Demikian analisa pengamat politik dari Universitas Indonesia Profesor Budiyatna.
Lantaran itu, menurut Budyatna, amat berat bagi Prabowo untuk memenangi Pemilihan Presiden-Wakil Presiden 2009, kendati iklannya sudah wara-wiri di televisi. "Masih lekat di ingatan mayoritas rakyat, bagaimana masa lalu atau track record Prabowo," tandasnya.
Menurutnya, Prabowo merupakan tokoh lama yang masih punya stempel Orde Baru, sehingga mayoritas rakyat tidak tertarik untuk memilihnya. Ibaratnya, Prabowo belum laku pada 2009.
Namun, survei kandidat capres yang digelar Reform Institute (RI) pada Juni hingga Juli 2008, dan dilansir pada Senin (4/8) menunjukkan, tingkat keterpilihan (elektabilitas) bekas Danjen Kopassus itu meningkat. Dia nangkring di posisi kelima dengan keterpilihan 3,81 persen.
Padahal, dalam survei serupa yang digelar RI pada Februari-Maret 2008, bekas Panglima Kostrad ini hanya berada di peringkat ke-12, dengan elektabilitas cuma 0,3 persen.
Berikut hasil lengkap survei capres yang digelar RI pada pada Juni hingga Juli 2008. Pertama Mega dengan keterpilihan 19,4 persen, kedua SBY 19,06 persen, ketiga Sri Sultan HB X 7,12 persen, keempat Amien Rais 6,14 persen.
Kelima Prabowo Subianto 3,81 persen, keenam Gus Dur 3,3 persen, ketujuh Wiranto 3,05 persen, kedelapan Akbar Tandjung 2,92 persen, kesembilan Jusuf Kalla 2,5 persen, kesepuluh Sutiyoso 1,57 persen, kesebelas Hidayat Nur Wahid 0,68 persen. Tokoh-tokoh lain 1,65 persen. Sedangkan masyarakat yang belum menentukan pilihannya 28,8 persen.
Reform Institute mengklaim, jajak pendapat ini digelar pada Juni-Juli 2008 di 33 provinsi, melibatkan 2.361 responden, dengan margin error 1,95 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung.
Meningkatnya angka keterpilihan Prabowo di bursa capres, membuat para koleganya di Partai Gerindra kegirangan. Mereka pun sesumbar, Prabowo adalah calon presiden yang diidam-idamkan rakyat.
"Penerimaan masyarakat terhadap Prabowo tidak dapat dipungkiri, kian hari semakin menguat. Kami yakin angka itu bakal meningkat pada 2009. Sebagai kader Gerindra, kami sangat tersanjung dengan naiknya elektabilitas Prabowo," kata Sekjen DPP
Partai Gerindra Ahmad Muzani kepada Rakyat Merdeka di Jakarta.
Muzani menambahkan, Prabowo belum secara resmi mendeklarasikan diri sebagai kandidat capres saja tingkat keterpilihannya sudah tinggi, apalagi kalau sudah. "Ini merupakan awal yang bagus," tandasnya.
Menurut Muzani, Prabowo tokoh yang tepat untuk menjadi pemimpin negara dan menyelesaikan masalah bangsa ini. Pasalnya, Prabowo punya pengalaman dalam memimpin dan tegas dalam bersikap. "Dia juga punya hubungan internasional yang baik, khususnya dengan timur tengah. Catatan ini akan membawa kebaikan bagi Indonesia."